Rabu, 28 Juli 2010

Kemana Setelah Menjadi Sarjana TI?

Kalau pendapat dan keinginan saya setelah lulus sarjana TI saya ingin bekerja di suatu perusahaan ternama dan mengurus dalam bidang TI. Pada zaman global seperti ini masih saja beberapa orang yang kurang mengenal komputer atau internet, maka dari itu saya ingin membagi pendidikan yang saya miliki kepada orang lain dengan cara membuat website atau e-book tentang pengenalan TI yang didalamnya termasuk unsur mengoperasikan komputer dan internet. Saya sangat tidak suka dengan profesi yang menyimpang, salah satu contoh adalah seorang sarjana lulusan ekonomi menjadi dosen bahasa inggris, mengapa dia bisa menjadi dosen bahasa inggris?kemungkinan pertama dia sangat fasih dan mengerti cara dan tata berbahasa inggris yang benar, tetapi di satu sisi seseorang sarjana ekonomi ini telah mengambil kesempatan atau peluang kerja bagi sarjana yang lulusan bahasa inggris, nah kondisi seperti itu yang sangat saya tidak suka. Seharusnya pemerintah membuat peraturan tentang pekerjaan yang sesuai dengan keahlian yang mereka miliki selama duduk di bangku kuliah.

Minggu, 11 Juli 2010

5 ISTILAH POPULAR DALAM DUNIA TI

1. Internet
Internet (internationalnetworking), internet ini adalah suatu jaringan yang dapat menelusuri dunia melalui komputer yang telah connect ke internet tersebut. Jaringan ini lah yang dapat membuat beberapa orang dapat bertemu walau tidak secara langsung. Jaringan ini bersifat netral, maksudnya adalah setiap orang bebas mengakses situs-situs yang bermanfaat seperti searching suatu masalah atau informasi, itu penggunaan internet secara sehat, kalau seseorang menggunakan internet untuk hal yang tidak baik seperti melakukan kejahatan(meng-hack) situs-situs orang lain bahkan sampai situs negara, dan ada juga seseorang yang menggunakan internet ini untuk mencari atau mendownload video porno. Maka dari itu saya dapat mengatakan internet bersifat netral tergantung seseorang yang membukanya dan memanfaatkannya untuk sesuatu yang dia inginkan atau yang ingin dia capai.

2. Cybercrime
Kejahatan di dunia cyber. Kejahatan ini terdiri dari bermacam-macam kegiatan seperti pengrusakan suatu situs, pencurian data pada suatu perusahaan, pencurian uang melalui situs suatu bank, dan lainnya.

3. Bandwidth
Bandwidth adalah suatu kecepatan tranfer suatu data, contohnya kita mendownload siatu file atau mentransfer suatu data, kita dapat meliat berapa kecepatan transfer yang sedang berjalan, itu yang disebut bandwidth, bandwidth dalam pengertian TI biasanya dapat di ukur dengan satuan bitepersecond atau bytepersecond, 1B(byte) = 1024bite, itu bandwidth dalam artian komputer, kalau pengertian bandwidth lainnya seperti kecepatan transfer suara yang dimiliki oleh telepon dan satuannya menggunakan Mhz(Megahertz).

4. Ip address
Apakah sebenarnya IP address itu, IP address dapat di umpamakan sebagai alamat sebuah rumah, Nomer Telpon sebuah HandPhone, IP address digunakan untuk memberikan alamat berbagai komputer dan pemberian ip address ini begantung oleh daerah atau wilayah dimana dia berada.

5. Cookies
Cookies adalah pencacatan alamat web apa saja yang telah kita kunjungii atau alamat yang kita request ke sebuah server, dan cookies ini disimpan oleh web browser yang kita pakai.

UU TI No.11 TAHUN 2008

Pada tanggal 25 Maret 2008 adalah hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia, utamanya mereka yang sehari-harinya berkecimpung di bidang Teknologi Informasi. Hal ini dikarenakan pada tanggal tersebut, Dewan Perwakilan Rakyat secara resmi mensahkan Undang-Undang Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Pengesahan Undang-undang yang selanjutnya disebut Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ( disingkat UU ITE), didasarkan pada fakta bahwa teknologi informasi telah mengubah perilaku dan pola hidup masyarakat secara global. Perkembangan teknologi informasi telah pula menyebabkan dunia menjadi tanpa batas (borderless) dan menyebabkan perubahan sosial, budaya, ekonomi dan pola penegakan hukum yang secara signifikan berlangsung demikian cepat. Teknologi informasi saat ini menjadi pedang bermata dua, karena selain memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan dan peradaban manusia, sekaligus menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum. Untuk mengatasi hal ini tidak lagi dapat dilakukan pendekatan melalui sistem hukum konvensional, mengingat kegiatannya tidak lagi bisa dibatasi oleh teritorial suatu negara, aksesnya dengan mudah dapat dilakukan dari belahan dunia manapun, kerugian dapat terjadi baik pada pelaku transaksi maupun orang lain yang tidak pernah berhubungan sekalipun, misalnya dalam pencurian dana kartu kredit melalui pembelanjaan di internet. Di samping itu masalah pembuktian merupakan faktor yang sangat penting, mengingat data elektronik bukan saja belum terakomodasi dalam sistem hukum acara Indonesia, tetapi dalam kenyataannya data dimaksud juga ternyata sangat rentan untuk diubah, disadap, dipalsukan dan dikirim ke berbagai penjuru dunia dalam waktu hitungan detik. Dengan disahkannya UU ITE, Indonesia sudah sejajar dengan negara-negara lain seperti Malaysia, Singapura, India, atau negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa yang telah secara serius mengintegrasikan regulasi yang terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi ke dalam instrumen hukum positif (existing law) nasionalnya.

KECURANGAN DALAM BIDANG IT

Dalam pembahasan ini, sebenarnya tidak ada sistem yang benar-benar aman, karena semua sistem yang dibuat memiliki kelengahan (bug) yang tidak sengaja dibuat.
Ada beberapa ancaman yang mengancam sistem antara lain adalah :
1 . Threat
Threat memiliki beberapa trick yaitu user illegal access, menentukan priviledge dan tujuan penyusup. Tujuan penyusup dapat dibagi menjadi 4, yaitu :
a. The Corious : hanya ingin tahu
b. The Malicious : Membuat sistem down
c. The High-Profile Intruder : untuk memperoleh popularitas
d. The Competition : menghasilkan uang.

2. Kelemahan
a. Menggambarkan seberapa kuat sistem jaringan maupun software.
b. Kemungkinan user memperoleh illegal priviledge.

Penjelasan diatas merupakan kecurangan dalam dunia IT yang ada sekarang.
Dan ada beberapa dari anda pasti tahu tentang 2 jenis karakteristik pengguna komputer, yaitu : hacker dan cracker. Banyak yang berkata bahwa perusak dan penghancur sistem adalah hacker, memang benar tetapi hacker yang seperti ini sangat dibenci oleh hacker sejati, karena hacker seperti ini sangat merusak nama hacker yang seharusnya membangun sistem yang lebih aman, hacker ini juga memiliki sertifikat yaitu Chertified Ethical Hacker(CEH), dari penjelasan di atas saja anda pasti sudah bisa melihat, bahwa hacker sejati meiliki sertifikat dan pengambilan sertifikat ini melalui beberapa proses antara lain memiliki etika, etika ini lah yang menjadikan hacker memiliki aturan-aturan dalam kehidupan sehari-hari. Cracker adalah sifatnya menghalalkan segalacara untuk mendapatkan sesuatu yang dia inginkan, cracker ini lah yang merusak reputasi hacker, karena beberapa hal yang mengsalah artikan bahwa crakcer adalah hacker, contoh kelakuan cracker belakangan ini adalah merusak sistem produk yang adobe luncurkan, adobe cs4 ini dibuat dengan berbagai macam security yang canggih, yaitu dengan cara memberika software keamana, apabila software ini crack, maka alert dari software tersebut akan langsung menghubungkan ke pusat perusahaan bahwa ada produk yang sedang di crack, tetapi oleh para cracker, sistem tersebut di hancurkan agar tidak berfungsi lagi dengan berbagai cara, seperti mengubah platformnya dan mengubah sistemnya, dengan demikian adobe cs4 dapat digunakan sesuka hati dan tanpa lisence. Dan ada beberapa contoh lainnya seperti seseorang yang merubah sistem iphone dari perusahaan apple. Jadi, seberapa kuat sistem keamanan yang dibuat, pasti ada lubang untuk merusaknya, tidak dalam softwarenya maupun usernya.

PENILAIAN PROFESIONAL DUNIA TI

Pada tahun 2010 diperkirakan pasar kerja para spesialis TI akan berkurang hingga 40 persen. Kebutuhannya lebih ditujukan pada para versatilist, yang mampu mengombinasikan kompetensi dan pengalaman bisnis dengan kompetensi TI.
Meningkatnya kebutuhan untuk memperoleh performansi yang jauh lebih baik dari infrastruktur dan aplikasi TI ke depan, terutama sejalan dengan meningkatnya persaingan di lingkungan bisnis, semakin mendorong dibutuhkannya profesional TI yang lebih memahami banyak aspek.
Dalam istilah Gartner, dibutuhkan para IT “versatilists,” yakni orang-orang yang memiliki pengalaman, peran dan pernah menjalan tugas-tugas yang beragam atau multidisplin, yang semua itu akan menciptakan suatu pengetahuan, kompetensi dan keterkaitan (context) yang kaya dan padu guna mendorong peningkatan nilai bisnis. Dengan kata lain semakin dibutuhkan profesional TI yang lebih fleksibel, bukan sangat spesialis, karena tuntutannya memang jauh lebih beragam dan juga fleksibel. Kalau spesialis itu umumnya memiliki ketrampilan yang dalam tetapi cakupan yang sempit, yang hanya memberikan pengalaman yang hanya dikenal dalam lingkungannya saja, maka Versatilists justru sebaliknya. Yakni mereka yang juga memiliki ketrampilan yang dalam tetapi terkait dengan cakupan situasi dan pengalaman yang luas, sehingga memberikan suatu kompetensi baru, membangun hubungan yang lebih luas dan juga peran-peran baru. Tapi, versatilist juga bukan seorang generalis.
Diane Morello, research vice president Gartner, mengungkapkan bahwa saat ini para spesialis TI harus lebih fokus pada pergeseran yang lebih cepat dan sepenuh hati dari spesialisasi teknis ke kompetensi bisnis, sehingga mereka bisa lebih memosisikan diri sebagai kontributor bisnis di masa datang. Karena, nilai jangka panjang para spesialis TI masa kini akan ditentukan oleh pemahaman dan pendekatan mereka terhadap situasi, proses dan pola pembelian yang sesuai dengan karakter berbagai proses industri vertikal maupun lintas-industri. Menjadi spesialis dalam satu teknologi tertentu, seperti Linux, Windows atau administrasi database, tak lagi memadai untuk memenuhi kebutuhan posisi pekerja TI ke depan. “Jika Anda hanya mempertahankan spesialisasi, baik teknikal maupun kekhususan tertentu, tanpa meningkatkan kaliber Anda, hal itu tak lagi mencukupi. Perusahaan-perusahaan masa datang membutuhkan orang-orang yang lebih berwawasan, yang bekerjasama dengan orang-orang di luar bidang TI, atau para ‘versatilists’, yang siap melakukan pekerjaannya dengan wawasan dan kompetensi yang lebih luas,” ujar Diane Morello menambahkan. Karenanya, ujar Morello lagi, bahwa tahun 2010 mendatang jumlah spesialis TI akan berkurang hingga 40 persen. Meningkatnya pengalihdayaan (outsourcing), baik infrastruktur maupun layanan TI, ditambah dengan semakin luasnya otomatisasi pekerjaan-pekerjaan TI, merupakan salah satu yang mendorong dibutuhkannya profesional TI yang lebih fleksibel. Terutama, yang memiliki kemampuan dalam membangun hubungan dan keterlibatannya dengan pihak-pihak di luar cakupan pekerjaannya, termasuk pelanggan, sehingga mereka mampu menunjukkan kontribusi dan partisipasi nyata dalam meningkatkan capaian-capaian bisnis. Secara rinci, perubahan itu terutama, menurut Gartner, dipengaruhi oleh empat faktor pengubah utama, yakni Pertama, Global sourcing, dimana semakin banyak perusahaan yang mencari nilai kompetitif yang lebih tinggi dan didukung oleh meluasnya jaringan global kecepatan tinggi. Kedua, otomatisasi TI, yang mendorong perubahan itu terutama karena pengembangan peranti lunak yang semakin luas, termasuk pengembangan sistem pemantauan jarak jauh, pusat-pusat operasi (operation centers), dukungan teknis, storage dan networking. Ketiga, konsumerisasi TI melalui berbagai teknologi, seperti perangkat personal, layanan online, telepon bergerak dan sebagainya, yang membuatnya lebih mudah digunakan, dan mengatasi sistem-sistem atau aplikasi yang rumit. Keempat, restrukturisasi bisnis, seperti merger, akuisisi, konsolidasi, alihdaya, pemutusan hubungan kerja, dan sebagainya, yang semuanya menantang posisi para professional TI dan menurunkan komitmen mereka.
Para pekerja TI masa datang tidak hanya berkutat dengan proyek-proyek teknis saja, melainkan juga bisnis. Orang-orang TI yang dibutuhkan tidak saja yang memahami bahwa teknologi mendukung bisnis, teknologi dapat membantu dalam pengambilan keputusan bagi peningkatan performansi bisnis, melainkan yang juga memiliki pengalaman bisnis dan latar belakang teknologi, dan mampu mengombinasikan di antara keduanya. Yakni yang mampu mendekati peran TI dari konteks orang bisnis, yang siap meningkatkan berbagai proses bisnis perusahaan, dan tak hanya fokus pada teknologi saja. Yang bisa berbicara dalam bahasa bisnis, seperti biaya, pendapatan yang masuk (incoming revenue), pangsa pasar, profitabilitas, pengembangan produk, respon kompetitif dan pertumbuhan perusahaan, baik dalam konteks global, komersial maupun profesional.
Sebagai contoh, saat ini tak kurang dari 80 persen professional TI di Amerika Serikat bekerja di perusahaan-perusahaan yang menerapkan TI, bukan di perusahaan-perusahaan yang menciptakan hardware, software atau service . Karenanya, wajarlah kalau para professional TI semakin dituntut untuk menyampaikan konsep-konsep teknologi dalam bahasa yang dimengerti oleh banyak orang yang berada di lingkungan bisnis.
Dengan begitu, mereka-mereka yang bisa melakukan hal itu, ditambah kemampuannya dalam memahami konteks dan implikasi TI terhadap bisnis akan menjadi pemenang dalam permainan itu. Kalau tahun-tahun sebelumnya menjadi era para spesialis, maka ke depan akan berubah menjadi eranya para versatilist.

PERKIRAAN PERKEMBANGAN TI DIMASA DEPAN

Bukan tidak mungkin nanti robot akan memiliki perasaan seperti manusia melalui rekayasa DNA. Sebaliknya, sebagian perangkat tubuh manusia akan ditambah dengan peralatan robot. Misalnya, pada sebagian tangan atau kaki manusia nanti ada perangkat robotnya sehingga dapat memiliki tenaga ekstra untuk bekerja atau berkarya melebihi manusia yang hidup pada zaman sekarang.


Tidak hanya itu. Sangat boleh jadi nanti manusia bisa melihat kehidupan masyarakat di masa depan setelah ”dikirim” melalui perangkat yang disebut lorong waktu (time tunnel) sehingga bisa mengetahui atau bahkan bisa mencegah kemungkinan hal-hal yang bisa membinasakan kehidupan umat manusia di masa datang.

Jika kita membayangkan itu semua, sepintas mungkin seperti mimpi atau sama seperti kita menyaksikan film-film fiksi sains di layar kaca atau bioskop.

Namun, hal itu sangat mungkin terjadi melalui revolusi teknologi dan bioteknologi. Sebaliknya, jika kita melihat kondisi Indonesia sekarang, yang kita saksikan adalah arus deras masuknya barang-barang dan perangkat teknologi impor.

Sebagian dari kita merasa bingung dan terkaget-kaget pada perkembangan teknologi itu. Namun, sebagian lagi merasa tertantang oleh arus masuk teknologi modern dalam ranah kehidupan kita sehari-hari. Sebagai pengguna, adakalanya sebagian dari kita gagap dan bingung menghadapi perkembangan teknologi yang berlangsung cepat ini.

Contohnya, ketika sejumlah menteri pada Kabinet Indonesia Bersatu dilengkapi dengan alat kerja canggih untuk dapat mengirim dan menerima surat elektronik melalui sebuah gadget, sebagian di antara mereka ada yang gagap teknologi atau gaptek.

Kalau di antara penentu kebijakan masih ada yang lack of technology (kurang paham teknologi), sangat bisa dimaklumi kalau masyarakat pada umumnya juga kesulitan untuk dapat menerima teknologi baru. Bagi sebagian orang, cara berkomunikasi seolah dianggap baru sempurna kalau dilakukan secara lisan dengan bertatap muka secara langsung.

Demikian pula dalam cara kita bekerja, adakalanya pergi ke kantor merupakan suatu keharusan. Padahal, di era serba cepat seperti sekarang, pekerjaan selayaknya berorientasi pada memaksimalkan output (hasil).

Untuk pekerjaan tertentu, tidak mutlak lagi harus dikerjakan di kantor, tetapi bisa juga dikerjakan di rumah. Oleh karena itu, akhir-akhir ini kita sering mendengar istilah small office home office (SOHO).

Di era serba teknologi seperti sekarang, cara berkomunikasi dan melakukan transaksi bisnis yang efektif tidak selalu harus melalui cara bertatap muka meskipun hal itu bisa menimbulkan gugatan dari aspek budaya.

Seperti kita ketahui, pada tahun 1990-an, transaksi perbankan masih dilakukan secara konvensional, di mana nasabah yang hendak mentransfer uang masih harus mendatangi kantor bank dan bertemu langsung dengan customer service. Kalau banyak yang akan melakukan transaksi, para nasabah harus bersabar untuk antre. Kondisi ini tentu saja sangat menyita waktu dan sering menjengkelkan.

Namun, kini, transaksi perbankan sudah bisa dilakukan dalam waktu cepat melalui internet banking. Melalui sentuhan tangan di keyboard komputer yang terhubung ke jaringan internet atau melalui smartphone, sekarang nasabah sudah bisa melakukan transaksi perbankan dari mana dan kapan saja. Perkembangan teknologi informasi mampu mengatasi dimensi waktu, ruang, dan jarak.

Jaringan komunikasi yang berkembang demikian pesat telah banyak membantu umat manusia dan sejumlah perusahaan di jagat raya ini untuk saling berinteraksi dan melakukan transaksi bisnis satu sama lain.

Proses pengiriman berita dari atas pesawat kepresidenan yang sedang mengisi bahan bakar di Bandara Hongkong bisa dilakukan penulis dalam waktu relatif singkat melalui sebuah gadget, ketika mengikuti rombongan Presiden Abdurrahman Wahid pada tahun 2001.

Perkembangan teknologi informasi telah mengubah cara pandang dan perilaku orang dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga bisa mengubah mekanisme kerja sebuah perusahaan. Adakalanya perkembangan teknologi informasi yang berlangsung dengan cepat bisa melampaui perkembangan perusahaan itu sendiri.

Oleh karena itu, perusahaan yang lambat dalam mengikut perkembangan teknologi bisa jadi akan tersisih dari dinamika masyarakat dan kemungkinan bisa kalah dalam persaingan usaha. Saat ini jaringan internet relatif sudah memasyarakat meskipun di Indonesia masih terbilang mahal untuk bisa memakai internet, bila dibandingkan dengan di negara maju.

Melejit bagaikan meteor

Sekarang perkembangan perangkat keras, perangkat lunak, dan telekomunikasi berlangsung demikian pesat. Melejit bagaikan meteor. Dengan demikian, kalau sebuah perusahaan tidak melek teknologi, mereka bisa sangat jauh ketinggalan. Pasalnya, life cycle suatu teknologi semakin singkat dan mudah menjadi kedaluwarsa.

Oleh karena itu, investasi di bidang teknologi informasi perlu mengutamakan dua hal penting. Pertama, dari aspek finansial harus memenuhi return on investment (ROI) yang cepat. Kedua, dari sisi teknis, investasi di bidang teknologi informasi antara lain perlu memerhatikan biaya pemeliharaan, keamanan, dan bersifat user friendly.

Jika misalnya sebuah perusahaan menggunakan pesawat telepon PABX atau memakai mesin lift yang sudah tidak diproduksi lagi oleh pabriknya atau sulit suku cadangnya, dipastikan hal itu akan membebani keuangan perusahaan dalam jangka panjang.

Oleh karena itu, perkembangan teknologi komunikasi dan informasi perlu terus diikuti agar sebuah perusahaan bisa melakukan investasi dengan cepat dan tepat agar tidak sia-sia.

Demikian pula, misalnya, jika perusahaan hendak memutuskan untuk membeli atau menyewa seperangkat server untuk mem-back up semua data perusahaan, selayaknya dipertimbangkan dengan tepat kebutuhan dan manfaatnya.

Investasi dalam bidang teknologi informasi hendaknya jangan dilihat pada nilai uang yang dikeluarkan pada saat ini, tetapi harus dilihat output dan manfaatnya dalam jangka panjang.

Setiap perusahaan memiliki kebijakan berbeda soal penggunaan teknologi informasi, tergantung pada visi dan misi serta kultur dari perusahaan tersebut. Perusahaan keluarga yang konservatif biasanya daya adaptasi terhadap perkembangan teknologi informasi tidak fleksibel seperti perusahaan modern yang dikelola oleh para pekerja profesional.

Di negara-negara maju seperti Jepang, proses produksi dari perusahaan-perusahaan manufaktur sudah memakai tenaga robot karena tenaga manusia sudah sangat mahal di Negeri Sakura itu. Sebaliknya, di negara berkembang seperti Indonesia, pemakaian robot dapat mengancam keberlangsungan tenaga manusia.

Mungkinkah pemakaian robot dapat dilakukan pada saat jumlah penduduk Indonesia berkurang? Lalu, bagaimana pula jumlah penduduk Indonesia bisa berkurang, sementara angka pertambahan penduduk sekarang rata-rata 1,6 persen per tahun?

Mereka-reka pertanyaan tersebut bisa saja dilakukan. Karena itu, jawabannya bisa berbunyi, Indonesia bisa saja nanti menggunakan tenaga robot karena kalau kondisinya terus seperti sekarang, jumlah penduduk bisa berkurang secara alamiah karena sebagian meninggal dunia akibat kelaparan dan bencana alam yang disebabkan oleh faktor manusia Indonesia sendiri.

Jawaban lain, bangsa Indonesia yang semula sebagai negara kepulauan yang besar dengan jumlah penduduk yang banyak bisa jadi akan menyusut karena masing-masing provinsi menuntut untuk menjadi negara sendiri agar bisa mengelola daerahnya secara lebih otonom dan bisa maju lebih cepat.

Jawaban di atas memang agak pesimistis dan seolah-oleh membenarkan kekhawatiran dari sebagian kalangan selama ini bahwa kemajemukan masyarakat Indonesia akan sulit dipertahankan, sementara Negara Kesatuan Republik Indonesia juga terancam perpecahan karena tidak adanya figur pemimpin yang kuat dan bisa dijadikan panutan masyarakat.

Tentunya, kita sangat tidak berharap hal itu terjadi. Kita menginginkan generasi yang akan hidup di tahun 2030 bisa tetap tinggal di negara Indonesia yang memiliki jumlah pulau sebanyak 17.000 dan 400 bahasa dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Semoga.